"CATATAN AKHIR TAHUN"

"Dalam kehidupan ini kita tidak dapat melakukan suatu hal besar, kita hanya bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan kecil dengan cinta yang besar. Setialah pada perkara kecil karena di dalamnyalah terdapat kekuatan kita. Saat kita khawatir akan hidup kita ketahuilah bahwa Tuhan sudah merencanakan yang terbaik untuk masa depan kita", Kata Mama Teresia dari Kalkuta.



(Goresan Sang Waktu: sebuah cerita tentang 365 hari)


Yang aku katakan untuk kita:
Tiga ratus enam puluh lima hari  kita lalui.
Kita memang seperti ini: menghabiskan waktu dalam batas hari, bulan bahkan tahun. Kemudian kita menyambut hari yang telah kita nantikan selama tiga ratus enam puluh lima hari itu. Kita jelang satu hari baru dalam rangakaian tiga ratus enam pluh lima hari yang baru. Tiga ratus enam puluh lima hari dengan sejumlah rencana yang menempati hari-hari, tanggal demi tanggal dalam agenda harian kita. Tiga ratus enam puluh lima hari yang kita nantikan dengan harapan. 

Hitungan hari kita tak terasa . Mungkin dengan mencoret satu demi satu tanggal yang terdaftar dalam kalender kita. Dengan itu kita menghilangkannya hari demi hari. Kalikan saja 365 hari dengan 24 jam per hari itulah jumlah waktu setahun yang mungkin saja banyak yang terbuang. Namun satu hal yang pasti ada sekurang-kurangnya sejam berada dalam suasana ini kita telah membuatnya berarti. Semuanya terjadi ketika kita bisa menyadarinya berlalu dan merefleksikannya sesaat sebelum tiga ratus enam puluh lima hari ini benar-benar berlalu. 

Tiga ratus enam puluh lima hari adalah sederat waktu dengan aneka kisah, situasi dan kerumitanya masing-masing. Kadang kita dibuatnya tersenyum, menangis, kecewa, bahagia, dan sedih. Tiga ratus enam puluh lima hari itu menempatkan kita sebagai orang-orang yang mesti  bertanggung jawab terhadap semua peristiwa yang terjadi dalam hidup ini.

Tiga ratus enam puluh lima hari itu tentang waktu yang kita pakai. Kita mungkin tidak merangkainya dalam catatan harian kita tetapi kita telah menciptakan laku tanpa skenario yang menjadikan hidup ini seperti sebuah film dokumenter yang semestinya kita tonton kembali. Kita mungkin tidak dapat membuatnya begitu besar sehingga tampak indah dan menarik bagi yang menyaksikannya.  Kita hanya cukup dengan membuatnya bermakna dan berarti untuk  mengubah diri kita menjadi lebih baik.

Sebagai kalimat-kalimat terakhir yang menutupi refleksi pada akhir tahun ini semestinya menjawab pertatanyaan-pertanyaan ini. Apakah arti sebuah keputusan dan makna satu langkah bagi perjalanan? Apa arti satu hari bagi diri kita? Apa arti kehadiran orang-orang di sekitar kita? Apa makna dari ada bersama? Apakah perpisahan memberi arti bagi hidup kita? Apakah yang akan kita lakukan setelah perpisahan ini? Apa arti pertemuan? Dalam sederet  tanda tanya yang belum terjawab ini kita akan merenungkan bersama dan memebrikan jawaban tentang makna hidup kita.

 “Hidup ini seperti sebuah Perjalanan”
Tiga ratus enam puluh lima hari itu cerita tentang hidup yang kita jalani. Hidup adalah sebuah perjalanan. Kita akan  katakan pada dunia dan sesama bahwa satu langkah dari perjalanan ini dapat mengubah hidup kita. Sebuah keputusan yang pernah saudara dan saudari ambil menempatkan kita semua untuk bisa memulai perjalanan. Satu langkah yang dahulu kita ambil membuat kita bisa berjalan lebih jauh bahkan memisahkan kita. Demikian pula keputusan saudara dan saudari beberapa tahun yang lalu membuat kamu semua bisa menyebut diri satu dan saudara. Ketika itu satu langkah menempatkan kita jauh bahkan bahkan kini kita berbeda satu dengan yang lainya.
Di awal perjalanan kita semua membuat keputusan untuk meninggalkan apa yang telah menjadi bagian hidup kita.  Keputusan untuk berjalan menunjukan bahwa kita sudah memiliki tujuan yang ingin kita capai. Jika diibaratkan dengan perjalanan hidup ini pasti penuh warna dan punya makna. Perjalanan menunjukan suatu gerak perubahan yang juga menggambarkan bagaiman hidup kita berubah dari hari ke hari. Dalam perjalanan kita akan terlusuri jalan dengan beraneka ragam. Jalan yang berlubang, berdebuh, berkerikil, berbatu, berair. Dengan itu kita dilatih untuk belajar dari setiap situasi hidup ini. Semuanya punya pengaruh bagi perjalanan kita, memberi makna yang berbeda dari setiap cerita kita. 
            Dalam perjalanan itu kita akan bertemu dengan situasi yang berbeda tetapi orang-orang yang berbeda. Peretmuan dengan orang itu terjadi mungkin saja terdorong oleh kesamaan tertentu terutama kesamaan tujuan. Perjalanan kadang membuat kita letih dan kita tidak perlu takut dan cemas karena akan ada tempat di mana kita bisa berhenti sejenak. Di tengah perjalanan ini kita jumpai terminal dimana kita bisa menambah bekal bagi perjalanan kita. Inilah saat yang dapat kita sebut sebagai peristirahatan. Di terminal kita dimana kita bisa mengenang kembali pangalaman yang menguatkan kebersamaan kita. Kita bisa melihat kesalahan kita yang dahulu pernah kita buat dan menyakiti sesama. Pertemuan ini bisa menjadi kesempatan untuk saling memaafkan sehingga persabatan itu semakin kuat. Di jalan itu kita berjuang mengatsi setiap kesulitan karena kita  punya cita-cita. 

“Kita dalam batas waktu dan berhadapan dengan Sesama”
Dalam genggaman waktu kita pernah menjejakan kaki di tempat yang sama.  Hal ini menunjukan bahwa kita pernah ada di tempat yang sama. Kehadiran kita ini adalah bukti bahwa khadiran itu berarti. Namun hal yang lebih bearti adalah bagaimana kehadiran itu hargai dan keberadaan sesama dalam hidup ini ini dihormati.

Kini kita berda di batas waktu. Kisah yang pernah tertulis dan cerita yang pernah didengar bahkan dibuat hanya jadi kenangan. Berada di batas waktu menunjukan pada kita juga tentang kemampuan kita yang terbatas. Keterbatasan semestinya membuat kita meraih sebisa mungkin apa yang penting sebelum semuanya berlalu.

  Hari baru akan segera mengubah kisah akan tulis dengan latar dan suasana hati da peasaan yang mungkin berbeda. Mungkin juga orang-orang yang menjadi pelakunya pun berbeda. Semuanya bisa terjadi di tahun yang baru nanti. Hidup ini harus terus mengalir.
 
 Kata-kata terakhir Mama Teresia kembali jadi pegangan kita, “Kita hanyalah sebuah pensil di tangan Tuhan untuk menuliskan surat cinta kepada dunia. Dalam kehidupan ini kita tidak dapat melakukan suatu hal besar, kita hanya bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan kecil dengan cinta yang besar. Setialah pada perkara kecil karena di dalamnyalah terdapat kekuatan kita.  Saat kita khawatir akan hidup kita ketahuilah bahwa Tuhan sudah merencanakan yang terbaik untuk masa depan kita.”
Lain kali aku ingin mengatakan lebih banyak lagi.... 

SELAMAT TAHUN BARU 2013
“Selamat membuka lembaran baru untuk kisah hidupmu
Tuhan memberkati kita semua”

Comments

Popular posts from this blog

“Lera Wulan Tanah Ekan” Dalam Kebudayaan Lamaholot

KAMIS PUTIH : (Ekaristi—Imamat dan Kehidupan)

SUNGAI TERKUTUK