GAMBARAN KRISTUS DALAM BACAAN LITURGI PASKAH

Liturgi malam Paskah merupakan saat berjaga sembari mendengarkan bacaan-bacaan Alkitab yang diselingi dengan doa dan nyanyian.  Bacaan-bacaan tersebut disajikan berurut dari Perjanjian Lama, kisah penciptaan, kisah pembebasan Israel, nubuat para nabi tentang mesias,  Perjanjian Baru, Epistole, dan Injil tentang kebangkitan Tuhan. Hal ini memberi persiapan kepada umat untuk memahami Yesus.      
1.      Yesus Kristus: Pribadi yang selalu hadir dalam sejarah Keselamatan
Yesus merupakan  tokoh sentral dalam Kitab suci. Pembicaraan tentang diri-Nya sudah dimulai sejak zaman para nabi sebagai persiapan akan peristiwa Yesus Kristus. Peristiwa Yesus Kristus ini memuncak dalam wafat dan kebangkitan Yesus. Liturgi paskah menempatkan Yesus sebagai tokoh yang hadir dalam sejarah sebagai Allah dan manusia. Keterlibatan Yesus dalam sejarah digambarkan dalam kesatuan Kristus dengan Allah. Di mana Kristus juga dapat hadir sebelum kehadiran-Nya secara nyata di dunia ini. Selain itu Yesus juga sedang hadir saat ini dan akan tetap ada selamanya. Oleh karena itu, bacaan-bacaan paskah melukiskan kesinambungan tersebut sebagai satu kesatuan karya keselamatan yang ditawarkan Allah.
Kitab Kejadian memberi pengantar akan peristiwa keselamatan. Kejadian 22:1-18 memberikan gambaran yang memeprsiapkan kehadiran Kristus. Sosok Ishak sebagai putra tunggal, lahir dari perjanjian. Ishak juga merupakan putra tunggal yang ingin dikorbankan sebagai ungkapan iman dan kesetiaan manusia Abraham. Namun korban itu dibatalkan oleh pihak Allah.  Hal yang sama terjadi juga pada Yesus. Namun yang menjadi benang merah dan titik balik  bagi  kesetiaan dan perjajian Allah adalah ‘domba’. Kehadiran ‘domba’ seolah mewakili Kristus yang menjadi korban dan darah perjanjian kekal antara Allah dengan seluruh manusia. 
 Kitab Keluaran menyajikan dengan sangat jelas peristiwa keselamatan dari Allah. Penyelamatan Allah nampak jelas dalam peristiwa pembebasan umat Israel dari perbukan di Mesir. Allah hadir di tengah-tengah bangsa Israel karena perjanjian dan iman serta kesetiaan-Nya akan janji-Nya. Musa menjadi sosok pertantara kekuasaan Allah.
2.      Yesus Kristus: Pemenuhan nubuat para nabi
Peristiwa kebangkitan “Paskah” menjadi titik tolak jemaat perdana untuk menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias. Sejak zama para nabi orng Yahudi menantikan penyelamat yang terakhir yang membawa keselamatan eskatologis. Juru selamat diyakini sebagi orang yang penuh dengan Roh Kudus. Yesaya mengungkapnya sebagai Mesias zaman akhir (Yes.11:1) Namun Yesaya 54:5-14 menggambarkan Allah sebagai penebus. Digamabarkan pula bahwa Allah yang memberikan keselamatan (Yesaya 55:1-11). Gamabaran penebus dan pemberi keselamatan ini mengahdirkan sosok Kristus. Oleh karena itu, menurut para murid kedatangan Yesus merupakan pemenuhan atas nubuat para nabi .
3.      Yesus Kristus: Mempersatukan manusia dan hidup bagi Allah
Menurut Paulus peristiwa kebangkitan Yesus Kristus adalah suatu kenyataan. Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Roma (Rom. 6:3-11) mengungkapkan tentang persatuan kita dengan Kristus melalui pembabtisan. Persatuan itu memberikan kita tempat untuk mati bagi dosa, dikuburkan bersama dengan Yesus, dan dibangkitkan dalam Kristus. Dalam surat kepada jemaat di Roma Paulus tidak menyinggung tentang panampakan Tuhan. Namun ia langsung memberikan pewartaan dan kesaksian tentang Kristus yang telah bangkit. Paulus menekankan peristiwa kebangkitan Tuhan. Dengan demikian,  Paulus memberikan gambaran bahwa Yesus itu sungguh telah mati, telah dikuburkan, dan Ia telah bangkit. Kebangkitan orang mati merupakan kiasan yang mau menggambarkan hidup baru untuk tubuh yang baru. Dalam hidup itu segala usaha kita diperuntukan bagi Allah.
4.      Yesus Kristus: Hidup dan selalu menyertai para murid
Peristiwa kebangkitan Yesus dalam Matius 28:1-10 digambarkan dalam rangkaian peristiwa penampakan. Peristiwa- peristiwa ini seakan menjadi catatan dan bukti dari mereka yang menjadi saksi. Kesaksian akan gempa, malaikat, batu yang terguling memberikan gambaran tentang kebangkitan.peristiwa kebangkitan. Sebagai kenyataan yang sungguh-sungguh terjadi ditetapkanlah hubungan antara Yesus dengan Allah: bahwa Yesus sungguh-sunguh bersatu dengan Allah sebelum kebangkitan-Nya bukan baru sejak kebangkitan-Nya.

 Selain itu Penampakan Yesus kepada Maria Magdalena dan Maria yang lainnya. Sapaan dan ajakan Yesus bagi para murid untuk bertemu dengan-Nya di Galilea. Rangkaian peristiwa yang dilukiskan Matius memberi gambaran tentang Yesus yang bangkit, menampakan dirinya, menyapa wanita-wanita, dan ingin bertemu para murid. Hal ini menunjukan keinginan Yesus untuk senantiasa ada bersama para murid. Ucapan Yesus “jangan takut”  menjadi harapan akan kehadiran-Nya yang senantiasa menyertai para murid.

Kristus yang Bangkit dalam konteks Umat Dewasa Ini
Jakarta merupakan suatu tempat yang dikondisikan dalam dimensi kehidupan yang multi demensi. Dimensi yang mencorakan berbagai perbedaan dari yang kecil sampai mencolok. Jakarta sebagai kota yang sibuk dengan segala kegitan perekonomian dan semua orang berjuang untuk mendapat penghasilan. Jakarta dihadirkan pula sebagai tempat berkumpulnya berbagai suku bangsa, golongan, agama dan kepentingan. Dengan demikian menambah bobot pluralitas. Selain itu umat kita pun berhadapan dengan persoalan-persoalan pribadi, kehidupan keluarga, pekerjaan, dan sebagainya. Berpastoral di Jakarta dalam pewartaan tentang Kristus menjadi tantangan sendiri.
Umat Katolik secara tidak langsung terpengaruh bahkan masuk dalam situasi ini. Akan tetapi umat kita terbagi-bagi dalam wilayah dan batas pastoral dengan penekanan dan pewartaan dengan cara yang berbeda. Umat kita sudah memiliki pemahaman dan iman akan Yesus Kristus. Kristus yang bangkit perlu diwartakan sebagai motivasi untuk tetap teguh dalam hidup yang penuh tantangan. Dengan demikian jelaslah bahwa situasi tidak membatasi pewartaan tentang Yesus Kristus yang satu dan sama itu.
Berhadapan dengan situasi yang beragam seperti di Jakarta pertama, kita menghadirkan Yesus yang mempersatukan semua manusia dan hidup bagi Allah. Sosok Kristus sebagai pemersatu dapat mendamaikan segala macam perbedaan dan kepentingan pribadi dalam umat. Persatuan dengan Kristus adalah perstuan yang kekal sejak kelahiran baru dalam pembabtisan, kematian karena dosa, dan kebangkitan oleh kemuliaan Bapa, dan akan hidup dalam hidup yang baru. Persatuan antar umat pun hendak demikian tidak dibatasi oleh kepentingan dan perhitungan tertentu. Persatuan itu adalah persatuan dalam Tuhan sebagai sesama yang sedang menuju kepada pemenuhan. Kedua, Yesus Kristus menghadirkan keselamatan yang ditawarkan Allah. Allah sendiri sejak awal mula telah terlibat dalam sejarah umat manusia. Keterlibatan Allah ini mulai dari hubungan-Nya dengan pribadi tertentu hinga dengan sebuah bangsa. Hal ini memungkinkan semua umat untuk berpartisipasi dalam kegiatan pastoral tanpa memandang perbedaan sebagai penghalan. Perbedaan kemampuan adalah karunia yang member peluang bagi umat untuk bersosialisasi. Pribadi tertentu dapat menonjol sebagai penggerak dan fasilitator rahmat Allah.
Ketiga, Yesus Kristus merupakan pemenuhan nubuat dan janji Allah. Hal ini dimaksudkan agar umat mendapatkan gambaran akan Yesus seperti yang dinubuatkan para nabi. Sebagai nubuat umat seakan diberikan pengharapan akan kebahagiaan. Namun dalam Kristus harapan itu sudah nyata dalam kehidupan sehari-hari. Janji Allah kini telah nyata. Sehingga gambaran Allah bukan hanya eskatologis tetapi kini dan di sini. Keempat,Yesus Kristus senantiasa hadir setelah kebangiktan dan menemani umat-Nya. Dalam hidupnya ada kerinduan untuk mencapai kesejahteraan umum tetapi juga keinginan untuk mencapai kebahagiaan abadi. Harapan ini memberi dasar bagi manusia untuk menjalani hidupnya dengan penuh arti di dunia ini. Umat harus diberikan pemahaman bahwa setelah kematiannya menusia akan mengalami hidup yang baru. Oleh karena itu, untuk mencapai pemuhan hidup dalam Allah Kristus memberikan kita kekuatan dengan kehadiran-Nya.  
Pertanyaan tentang siapakah Yesus Kristus dan bagaimana kita menjelaskan tentang Yesus Kristus di tengah umat merupakan problem tersendiri bagi para pewarta sabda Allah. Pada umumnya semua orang memiliki pandangan dan pemahaman yang berbeda-beda akan suatu termasuk akan imannya sendiri. Oleh karena itu, penggambaran harus memberikan kejelasan tentang Kristus yang sesungguhnya. Kita bisa mengubah persepsi umat ke arah yang baik dan benar tapi bukan mengubah atau melemahkan semangat dan imannya.


Comments

Popular posts from this blog

“Lera Wulan Tanah Ekan” Dalam Kebudayaan Lamaholot

SUNGAI TERKUTUK

KAMIS PUTIH : (Ekaristi—Imamat dan Kehidupan)