KESIMPULAN ANALOGI DAN PROBABILITAS


1.      Pengantar
            Analogi merupakan salah satu bahasa komunikasi yang dipakai sejak zaman dahulu. Dalam teologi maupun filsafat kita sering menemukan penggunaan bahasa analogi. Bahasa analogi sendiri dipakai oleh teolog dan filsuf untuk menjelaskan konsep-konsep yang sulit dipahami. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa analogi  juga menjadi suatu yang penting dan harus dipelajari. Dalam keseharia analogi juga dapat menyesatkan ketika tidak menggunakan logika yang benar. Oleh karena itu dalam paper ini saya akan membahas  beberapa hal tentang analogi. Pada bagian pertama akan dibahas tentang pengertian analogi, argumen analogi, dan penggunaan analogi. Pada bagian kedua akan dibahas tentang bagaiamana menilai argumen analogi. Akhirnya bagian selanjutnya adala penutup. Pada bagian ini akan diberikan kesimpulan dan tanggapan penulis.
2.      Analogi
2.1.   Pengertian Analogi
            Dalam kehidupan sehari-hari terdapat banyak argumen, ada argumen deduktif yang valid jika premis-premisnya membentuk kesimpulan tetapi ada juga argumen lain yang tidak valid. Tidak semua  disebut sebagai  deduktif. Banyak  tidak menunjukkan kebenaran dalam  kesimpulannya, seperti mengikuti premis-premis, tetapi sangat menentukan sebagai kemungkinan atau kemungkinan yang benar. Argumen ini secara umum disebut sebagai induktif yang sangat berbeda dengan argumen deduktif. Argumen induktif merupakan salah satu jenis yang sangat umum digunakan dalam argumen analogi. Analogi kadang-kadang disebut juga analogi induktif yaitu proses penalaran dari suatu fenomena menuju fenomena yang lain yang sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena yang pertama akan terjadi juga pada fenomena yang lain. Dengan demikian dalam setiap tindakan pentimpulan terdapat tiga unsur, yaitu peristiwa pokok yang menjadi dasar analogi, persamaan prinsipal yang menjadi pengikat, dan ketiga fenomena yang hendak kita analogikan. Pada bagian ini akan ditunjukkan dua contoh yang dapat membantu kita memahami argumen analogi.
            Pertama, Revolusi industri  pertama merupakan suatu revolusi “pabrik kegelapan setan” yang mengakibatkan tangan manusia menjadi tidak berharga berhadapan dengan mesin-mesin industri  yang memiliki produktivitas yang lebih tinggi dari tenaga manusia. Para pekerja, tukang-tukang jahit, dan tukang-tukang kayu yang terdidik harus berjuang untuk hidup, karena para pemilik prabik lebih suka menggunakan mesin daripada  manusia. Kalaupun tenaga manusia digunakan, gaji yang diberikan kepadanya rendah sekali. Revolusi industri modern dalam perkembangan teknologi elektronik yang cepat seperti komputer yang disebut sebagai mesin berpikir dioperasikan secara luas. Besar kemungkinan bahwa otak manusia akan digantikan dengan dengan mesin-mesin tersebut untuk hal yang sederhana dan bersifat rutin. Dengan demikian pikiran manusia tidak akan begitu berharga jika bukan untuk permasalahan-permasalahan yang besar. Berdasarkan kenyataan yang ada pada revolusi industri yang pertama yand dahulu sudah terjadi dapat disimpulkan bahwa kelak para ilmuwan dan administrator yang terdidik akan berjuan untuk hidup sebagamana yang dialami oleh para tukang kayu dan tukang jahir pada revolusi industri pertama.
            Kedua, kita dapat mengetahui kemiripan yang terdapat antara bumi yang huni ini dengan planet-planet lain , sepertiSaturnus, Jupiter, Mars, venus, dan Merkurius. Planet-planet ini semuanya mengelilingi matahari sebagamana bumi, meskipun dalam jarak dan waktu yang berbeda. Planet-planet itu berputar pada porosnya sebagaimana bumi, sehingga pada planet-planet tersebut berlaku juga siang dan malam. Sebagiannya juga mempunyai bulan yang memberikan sinar ketika matahari tidak muncul, dan bulan ini meminjam sinar matahari sebagaimana bulan pada bumi. Mereka semua sama, merupakan subjek dari hukum grafitasi sebagaimana bumi. Atas dasar persamaan yang sangat dekat anatara bumi dan plnet-planet lain tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa kemungkinan besar planet-planet tersbut dihuni oleh barbagai jenis makhluk hidup.   
            Dalam kehidupan harian kita menarik kesimpulan berdasarkan analogi. Dengan demikian Irving memberikan gambaran singkat tentang penalaran analogi. Ia menyatakan bahwa kita membeli sepasang sepatu yang baik dan awet dipakai. Oleh karena itu, saya akan merasa enak juga ketika memakai sepatu yang lain dari toko yang sama. Jika sebuah buku dari seorang penulis menarik perhatian saya, saya menyimpulkan bahwa saya akan senang membaca buku-buku yang lain dari penulis yang sama. Analogi merupakan alasan yang paling mendasar dari pengalaman masa lalu terhadap apa yang akan kita dapatkan di masa depan. Ini bukanlah suatu argumen yang dibentuk secara eksplisit tetapi sesuatu yang lebih merupakan kesimpulan analogi.
            Tak satu pun dari  tersebut pasti atau valid. Tidak satu pun dari kesimpulan mereka diikuti dengan “logical necessity” dari premis-premisnya. Hal ini secara logis mungkin terjadi dengan contoh yang dikemukan di atas. Misalnya, apa yang terjadi pada pekerja yang terampil tidak mungkin terjadi pada pekerja yang terdidik, bahwa bumi menjadi satu-satunya planet yang dihuni, dan bahwa saya dapat menemukan buku terbaru penulis favorit adalah suatu yang sangat sulit. Apa yang dinyatakan di sini merupakan suatu probalilitas. Argumen-argumen yang diberikan pada contoh-contoh di atas disusun atas dasar pandalaman kita di masa lampau sebagai pertimbangan untuk membuat ramalan di masa yang akan datang maka argumen itu hanya merupakan kemungkinan (probability). Suatu probablilitas sangat mungkin untuk dinyatakan valid atau tidak valid. Argumen analogi tidak dapat diklasifikasikan sebagai suatu argumen yang valid maupun yang tidak valid. Oleh karena itu, pada bagian selanjutnya akan dibahas tentang argumen analogi.       
2.2.   Argumen Analogi
Tidak semua argumen analogi membutuhkan dua atau tiga perbedaan karakteristik yang tepat. Thomas Reid menggambarkan semua argumen analogi memiliki kesamaan struktur  atau bentuk  umum. Setiap penyimpulan analogis merupakan penerimaan dari dua kesamaan atau lebih hal dalam satu atau lebih hal terhadap kesamaan dari hal-hal dalam beberapa hal yang lebih jauh. Irving M. Copi memberikan skema tentang analogi untuk memudahkan pembaca dalam memahami argumen analogi:
"a", "b", "c", dan "d" adalah setiap entitas, P, Q, R, adalah setiap atribut atau "sifat"
"a, b, c, d" semua memiliki atribut P dan Q
"a, b, c" semua memiliki atribut R
Oleh karena itu d mungkin memiliki atribut R.


2.3  Penggunaan Analogi
            Dalam kehidupan harian terdapat perbedaan dalam penggunaan . Argumen analogi sering digunakan tanpa asi. Sejak lama penulis-penulis menggunakan analogi untuk memberikan deskripsi yang lebih hidup.Tulisan-tulisan yang menggunakan analogi baik dalam metafora maupun kiasan sangat membantu penulis yang berusaha memberikan gambaran yang lebih hidup dalam ingatan pembaca. Analogi juga digunakan dalam penjelasan, di mana sesuatu yang asing dibuat dimengerti dengan membandingkannya bandingkan dengan sesuatu yang lebih lebih akrab dan memiliki kesamaan tertentu. Penggunaan analogi dalam deskripsi dan penjelasan tidak sama  dalam penggunaan argumen walaupun dalam beberapa kasus tidak mudah untuk menentukan mana yang penggunaan yang dimaksudkan.
            Waupun argumenasi digunakan atau sebaliknya analogi tidak sulit untuk didefinisikan. Untuk menarik analogi antara dua atau lebih entitas adalah untuk menunjukkan satu atau lebih hal di mana mereka serupa. Hal ini menjelaskan apa itu analogi tetapi masih ada masalah karakteristik  dengan analogi. Kita dapat mendekatinya dengan memeriksa argumen analogi partikural dan menganalisis struktunya. Kita mengambil contoh dari kalimat berikut ini: sepasang sepatu baru saya akan enak dipakai karena sepatu lama yang sudah baik juga dipakai dibeli dari toko yang sama dan juga baik dipakai. Dua hal dikatakan mirip adalah  dua pasang sepatu. Kalimat di atas memiliki tiga poin analogi di mana  ada dua entitas yang dikatakan menyerupai satu sama lain, yaitu pertama, sepatu, kedua,  dibeli dari toko yang sama, ketiga, baik dipakai.   Pertama terdapat dalam premis-premisnya sementara ketiganya terdapat pada premis dan kesimpulannya. Secara umum  yang diberikan dapat dijelaskan sebagai premis-premis yang ditegaskan pertama bahwa dua hal yang sama dalam dua pengakuan, dan yang kedua dua memiliki karakteristik yang lebih jauh dari kesimpulan yang digambarkan bahwa hal lain juga memiliki karakteristik yang lebih jauh.
            Berdasarkan penjelasan di atas saya menyimpulkan bahwa tidak semua analogi merupakan argumen analogi . Analogi yang sering digunakan dalam literatur atau sebagai sarana penjelasan. Argumen analogi memiliki premis-premis dan premis tersebut menegaskan kesimpulan.
3.      Menilai Argmen Analogi
Walaupun tidak ada argumen analogi yang dikatakan valid, kesimpulan akhir berdasarkan premis-premis yang sudah ada secara logis tetap harus dilakukan. Argumen analogi dapat diuji berdasarkan kesimpulan yang diambil sebagai suatu yang lebih mungkin. Dalam rangka untuk menilai kekuatan argumen analogis, tersebut, dibuat enam kriteria penilaian.
1)      Jumlah entitas atau peristiwa sejenis yang dianalogikan
Prinsip ini merupakan suatu yang berakar pada common sense. Semakin besar peristiwa yang dianalogikan semakin besar pula tingkat kepercayaannya. Jika suatu ketika saya memberikan baju saya untuk di laundry pada seorang tukan laundry dan ternyata hasilnya tidak memuaskan, maka saya atas dasar analogi akan mengatakan kepada teman semua teman saya untuk tidak mengantarkan pakaiannya pada tukang laundry yang sama. Analogi saya akan semakin kuat apabaila beberapa teman saya yang lain baik si B juga mengalami hal yang sama atas pakaiannya yang di-laundry oleh tukang laundry yang sama, maka analogi saya semakin kuat. Apalagi jika si C, D, E, F, bahkan G juga mengalami hal yang sama analogi saya pasti semakin kuat.
2)      Jumlah aspek yang sama yang menjadi dasar analogi
Berdasarkan contoh sepatu yang diberikan sebelumnya kita akan menguraikan aspek yang menjadi dasar analogi. Sepasang sepatu baru yang telah kita beli di sebuah toko. Bahwa sepatu yang baru saja saya beli akan awet dan enak dipakai karena sepatu yang dahulu saya beli di toko ini juga awet dan enak dipakai. Analogi ini lebih kuat lagi jika diperhitungkan juga persamaan harganya, mereknya, dan bahannya.
3)      Kesimpulan relatif berdasarkan premis-premis yang ada dalam analogi
Jika si A memiliki sebuah mobil baru dan ia menempuh jarak 23 km dengan satu liter. Berdasarkam hal itu si B dapat menyimpulkan dengan sustu kemungkinan bahwa  mobil barunya akan sama seperti mobil si A.  Akan tetapi si B dapat membuat argumen alternatif berdasarkan premis yang sama tapi kesimpulannya berbeda bahwa mobilnya akan menempuh jarak 20 km dan hal itu sangat mungkin. Jika ia menyimpulkan bahwa mobilnya hanya menempuh jarak 21 km maka argumennya lemah tetapi jika mobilnya dapat menempuh jarak 23 km maka argumennya sangat lemah.
4)      Disanalogi
Kesimpulan yang akan kita ambil akan sangat ragu-ragu bahwa si A mengemudi mobilnya dengan kecepatan 25 km per jam, sementara itu si B mengemudi dengan kecepatan 80 km per jam. Ini merupakan disanalogi. Kesimpulannya sangat lemah dan argumen yang diberikan mereduksi kemungkinan dari kesimpulan.
5)      Mempertimbangkan ada tidaknya unsur yang berbeda dalam analogi
Semakin banyak pertimbangan terhadap unsur-unsur yang berbeda semakin kuat keterpercayaannya  terhadap analoginnya. Kesimpulan yang kita ambil bahwa Joe adalah pendatang baru di universitas  X akan menjadi serjana ulung karena beberapa lulusan dari universitas tersebut juga merupakan sarjana ulung. Analogi ini akan menjadi lebih kuat jika kita mempertimbangkan juga perbedaan yang ada pada para lulusan yang sebelumnya.  A, B, C, D, E, memiliki latar belakang yang berbeda dalam ekonomi, pendidikan SMA, daerah, agama, pekerjaan orang tua tetap merupakan sarjana yang ulung.
6)      Relevan atau tidaknya masalah yang dianalogikan
Jika suatu analogi tidak relevan tentu analogi tersebut tidak kuat dan bahkan bisa gagal. Apabila kita menyimpulkan bahwa mobil A yang baru kita beli setiap liter bahan bakarnya akan menempuh jarak 23 km. Berdasarkan  analogi tersebut mobil B yang sama modelnya, jumlah jendela, tahun produksi, warnanya sama dengan mobil A juga menempuh jarak 23 km untuk setiap liter bahan bakar. Analogi yang demikian merupakan analogi yang tidak relevan.
Analogi yang mendasarkan pada sesuatu yang relevan jauh lebih kuat daripada analogi yang mendasarkan pada selusin persamaan yang tidak relevan. Penyimpulan seorang dokter bahwa untuk mengobati Mr.  Black adalah sebagaimana yang telah dilakukan kepada Mr. White  karena keduannya memiliki tanda-tanda terserang penyakit yang sama dan karena darahnya sama. Analogi ini jauh lebih kuat dibandingkan dengan mendasarkan pada persamaan yang  lebih banyak tetapi tidak relevan misalnya karena umurnya, bintang kelahirannya, latar belakang pendidikannya, warna kulitnya, jumlah anaknya, dan kesukaaannya.
Analogi yang relevan biasanya terdapat pada peristiwa yang memiliki hubungan kausal.  Meskipun hanya mendasarkan pada satu atau dua persamaan analogi ini cukup terpercaya kebenarannya. Faktor relevansi dijelaskan di dalam kausalitas. Dalam argumen analogi kausalitas merupakan suatu yang penting. Dalam mengevaluasi argumen analogi diperlukan pemahaman akan hubungan kausalitas. Suatu argumen analogi yang baik harus memiliki analogi yang relevan dan menunjukkan suatu kausalitas, baik sebab-akibat maupun akibat sebab. Kausalitas dapat dipahami melalui observasi dan percobaan.
4.      Penutup
Argumen dengan analogi merupakan gagasan yang lebih banyak dibahas dalam bagian ini jika dibandingkan dengan probabilitas. Argumen dengan analogi memberikan kesimpulan dari premis-premis yang sudah ada dan premis-premis tersebut memiliki kesamaan antara satu dengan yang lainnya. Dengan melihat kriteria yang dipakai dalam menilai suatu argumen analogi saya melihat bahwa sangat mungkin untuk menerima kesimpulan analogi sebagai argumen yang benar.  Paper ini akan saya akhiri dengan pandangan saya secara pribadi tentang perkembangan dan penerapan analogi dalam kehidupan sehari-hari dalam dunia formal (pendidikan) maupun informa berkaitan dengan implikasi analogi.
Dalam sejarah perkembangan pengetahuan saya melihat adanya peranan sentral dari analogi, baik dalam bahasa analogi maupun argumen dengan analogi. Analogi secara sederhana saya sebut sebagai pengenalan awal menuju pemahaman yang lebih komprehensif. Analogi memainkan peran penting dalam pemecahan masalah, pengambilan keputusan, mengidentifikasi sesuatu yang sulit diterima. Para leluhur kita yang tradisional dalam kulturnya juga menggunakan analogi. Contoh yang dapat saya ambil adalah Allah yang dianalogikan dalam matahari. Bahasa dan argumen dengan analogi banyak dipakai dalam filsafat dan teologi untuk menjelaskan konsep-konsep yang sulit ditangkap oleh akal kita.  Dalam beberapa pangalaman bahasa analogi memberikan penyederhanaan atas konsep-konsep yang transenden dengan kalimat-kalimat metafora dalam bahasa kiasan.

Sumber Bacaan:
Irving  M. Copi, Introduction to Logic, edisi II. The Micmillan Company: New York, 1968


H. Mundiri, Logika, Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2008

Comments

Popular posts from this blog

“Lera Wulan Tanah Ekan” Dalam Kebudayaan Lamaholot

SUNGAI TERKUTUK

KAMIS PUTIH : (Ekaristi—Imamat dan Kehidupan)