A Call To Be One


Ketika saya masih kecil, bulan Oktober merupakan saat anak-anak punya doa bersama. Kelompok doa Rosario untuk anak-anak ini dibuat dengan alasannya sederhana. Doa dibuat bersamaan dengan orang tua menimbulkan beban. Waktunya malam, lama, dan cape. Orang tua yang sabar dan sayang anak akan menggendong pulang anaknya yang tertidur. Doa Rosario pada waktu itu diawali dengan perarakan yang cukup lama.  Tentu akan melelahkan. Mungkin kebiasaan itu masih ada sampai sekarang. Masa kecil itu diakahiri dengan lupa: saya lupa bertanya kenapa harus Bulan Oktober.
***
Dari akhir tentang lupa, saya masih beruntung tak lupa tata cara berdoa Rosario. Tentang doa Rosario ini, sebagian besar umat Katolik punya cerita. Rosario menjadi salah satu devosi favorit orang Katolik, termasuk saya. Saya kemudian sadar ketika sekian pertanyaan mengenai detil-detil mengenai doa Rosario, hinggap di kepala saya. Saya ingat lagi tentang lupa: lupa mencari jawaban. Ini baru terjadi baru-baru ini. Melihat sejarah dan mengkaji peristiwa di balik lahirnya doa ini memang akan mengantar saya pada berbagai versi yang penuh revisi. Inilah yang membuat saya berniat untuk berbagi yang saya tahu walau sedikit. Pangalaman kita yang mungkin sama bisa jadi bahan refleksi. 
***

Saya mencari bacaaan tentang sejarah Rosario. Cerita ini saya baca sambil mengunduh gambar Maria. Cerita sedikit misteri, ketika mengisahkan bahwa Santa Maria sendiri memberikan Rosario kepada salah seorang pencintanya, Santo Dominikus, pendiri Ordo Pengkotbah. Sejarah dicatat sekian halaman. Santo Dominikus saat itu, sedang berjuang melawan kaum bidaah Albigensian. Mereka berhasil 'mematikan' bidaah Albigensian dengan jalan menggalakkan Doa Rosario dan merenungkan misteri-misteri penyelamatan. 
Seandainya cerita ini diberi tema cinta dan rosari tetap kita bayangkan sebagai mawar. Cerita ini bakalan menjadi cerita roman yang laris dibaca pencinta Maria saat ini. Cerita akan dibuat mirip cerita ketika saya memberikan rosario ketika saya berpisah dengan orang-orang terdekat. Tetapi legenda indah ini tidak dapat diperdamaikan dengan data sejarah yang berhubungan dengan adanya kebiasaan berdoa di kalangan para rahib. 
Di masa para rahib yang biasanya setiap hari mendaraskan 150 buah Mazmur (Doa Ofisi) sebagaimana terdapat di dalam Kitab Suci. Rosario kemudian menjadi doa yang menggantikan pendarasan Mazmur itu dengan 150 buah doa 'Pater Noster' (Bapa Kami). Maklum, saat itu belum dikenal doa Salam Maria150 pasal Mazmur diganti 150 Bapa Kami untuk yang tak bisa membaca. . Membaca catatan sejarah Rosario ini membuat saya sedikit jeli dengan angka. Sejarah masih suguhkan angka dan Gereja setia memberi penjelasannya. 150 Mazmur dibagi dalam tiga bagian, setiap bagian 50. Rosario terdapat tiga peristiwa (saat itu), setiap peristiwa terdapat 50 Salam Maria,  jumlahnya tetap 150 sesuai jumlah Mazmur. Rangkaian Salam Maria yang terdiri dari 50 buah itu disebut 'Korona' (=mahkota) yang mengingatkan kita akan hiasan-hiasan kembang menyerupai mahkota yang biasanya dibuat pada arca-arca Bunda Maria.
***
Gereja memang istitusi yang selalu berusaha merivisi. Hal ini menunjukkan bahwa Gereja selalu siap berubah walau butuh extra time. Setelah saya membaca beberapa halaman, pangalaman lupa saya muncul memberi peringatan. 
“Kenapa harus Bulan Oktober?” Ini pertanyaan ketika saya masih kecil. Rupanya saya harus kembali kepada sejarah. Penetapan karena sederet peristiwa di bulan Oktober. Ini catatan penting.
“Ini jawabannya dalam rangkaian cerita tentang perang ketika armada Laut Turki dibawah pimpinan Halifasha menghancurkan semua pelabuhan Katolik di Eropa. Paus Pius V memerintahkan berdoa Rosaria. Pada 7 Oktober 1571  pasukan Kristen berhasil memukul mundur pasukan Turki di Lepanto. Sebagai tanda syukur Paus Pius V menetapkan hari itu sebagai Pesta Santa Maria Ratu Rosario. Paus Klemens XI mengukuhkan pesta ini bagi seluruh Gereja di dunia. Akhirnya, Paus Leo XIII ingin meningkatkan nilai pesta ini dengan menetapkan seluruh bulan Oktober sebagai Bulan Rosario untuk menghormati Maria.” Tak ada penyesalan membaca sejarah panjang yang mampu menjawab tanya. Kelupaan saya diingatkan.
***
Jumlah peritiwa kini bertambah, empat peristiwa dan salam maria yang akan didaraskan tentu akan 200 Salam Maria. Gereja tetap menuntun pengikutnya untuk memiliki iman yang selalu berusaha menerangkan akal budi. Perubahan memang tak jauh dari Gereja. Gereja memang terus merevisi sembari mengisi: memberi sekaligus menerima—dengan Cuma-cuma.
Dalam setiap butir rosario yang kita daraskan, kita diajak melangkah bersama Maria, merenungkan satu demi satu peristiwa hidup kita secara untuh. Dalam Rosario kita dipanggil untuk bersatu dengan Allah dan sesama sembari memberi Salam kepada Maria. Rosario memang bukan sekadar tali bahkan besi yang menyambung bola-bola kecil yang digunakan untuk memghitung Salam Maria yang kita ucapkan. Rosario adalah doa. Rosario doa yang memberi kemenangan. Memenangkan hati orang hancur dengan membawanya ke hadapan Allah untuk disatukan. Satu dan damai. 
***
Saya kemudian berhenti membaca, meninggalkan sejarah, meninggalkan tempat duduk, meninggalkan kamar, mencari cerita terpisah yang juga saya lupa. Saya mendapat beberapa cerita. Kemarin, saya menemani seorang teman yang membeli 30 buah rosario. Kebanyakan pikirku. “Kurang,” katanya. Ia ingin membagi-bagikan rosario untuk keluarganya.  
Saya pernah melihat rosario sebagai seni dan merasa bangga memakainya. Saya pernah membuat rosari jadi satu dari sekian hiasan di kamar, rumah, dan kendaraan. Ada yang lebih kreatif, membubuhkan tato rosario di tubuh mereka juga mendesain baju mereka dengan rosario yang melingkar.
Beberapa bulan yang lalu seorang teman, sebut saja namanya Rosa. Ia mengirimkan saya sebuah gambar. Di atas gambar tertera pesan yang membuat saya mengerutkan dahi. “Rinduku terangkai dalam sebait doa”.  Tatapan saya berlanjut pada tulisan yang lebih tebal. Pesan yang sesungguhnya mungkin tertera pada tulisan yang menempel di atas gambar yang ia kirimkan ,  “the Rosary binds us together”. Setelah membacanya saya tersenyum kagum. “We are call to be one in prayer.”
“Selamat memasuki Bulan Rosario dan merenungkan setiap peristiwanya.”

Comments

Popular posts from this blog

“Lera Wulan Tanah Ekan” Dalam Kebudayaan Lamaholot

KAMIS PUTIH : (Ekaristi—Imamat dan Kehidupan)

SUNGAI TERKUTUK