BUS MALAM DAN LELAKI TUA

Hawa malam menyatu dengan bau kabut dan bumi gelap ketiadaan cahaya. Aku bingung dan termenung. Jalan yang sepi berubah riuh saat bus malam menyusur lambat dan berhenti tepat di hadapanku. Aku melambaikan tangan kemudian ucapkan selamat tinggal pada wajah dan juga sepi. Perjalanan ini tanpa kata, semua penumpang menikmati sepi. seakan memahami suasana hatiku. Aku rasakan ada sedih di hatiku. Tinggalkan keluarga tuk sekian kalinya. Namun, kali ini aku belum bisa pastikan kapan aku kembali? Bagaimana aku nantinya? Itulah tanya yang saat itu ada. Aku pergi, sebagian sepi mengikuti dan yang lainnya menetap.
***
Perjalanan menuju Maumere memang tidak begitu jauh. Topografi alam Flores berbukit-bukit dan laju bis malam di jalan berkelok-kelok membuatku tak tenang. Sepi akhirnya mengambil alih hatiku. Aku berontak tuk mengalahkannya. Sepi membuat pikiranku hidup dengan beberapa pengandaian.
***

Bus malam lengang beberapa tempat duduk kosong. Di seberang tempat dudukku, ada seorang lelaki tua. Akan kuajak lelaki tua itu bercerita, paling tidak cerita hidup saat usianya seperti umurku saat ini, 24 tahun. Tanpa berandai sebagian besar lelaki di daratan ini pernah merantau. Dan, lelaki yang di sisiku akan kutanyakan padanya bagaimana dan mengapa. Bagaimana ia menghabiskan usia mudanya? Pertualangan apa yang ia lakukan saat usianya sepertiku. Aku igin beranjak ke tempat duduknya tapi Bus Malam kami berhenti.
Lelaki tua turun dan menyalahkan rokok Gudang Garam Merah. Inilah perhentian makan malam bus Ende-Maumere. Rumah Makan Betania. Lelaki tua menghabiskan sebatang lalu masuk kembali ke dalam bus.
“Tidak Makan kah?”
“sudah makan pa.”
Lelaki tua itu meninggalkanku lalu masuk ke dalam Ruma Makan. Aku keluar dari bus dan menyalahkan rokok saya. Mataku menngikuti lelaki tua hingga ke meja makan lalu membiarkan dia di sana. Aku nikmati beberapa batang dan lelaki tua itu sudah berpindah ke meja yang lain. Di hadapannya ada seorang wanita yang tak muda lagi dan wanita yang lain ada di meja yang bersebelahan. Mereka tampak serius mendengarkan kemudian tertawa. Aku memang tidak melihat dia makan tapi saya melihat jelas dia berbicara.
Bus malam siap meninggalakan pelataran Rumah Makan Betania, lelaki tua beranjak keluar. Beberapa penumpang lain ikut di sisnya dan lelaki tua itu tak lagi bicara. Sebelum masuk ke dalam mobil aku sempat
menangkap kata-kata, “jangan lupa mampir kemari lagi.” Suara wanita itu mengakhiri obrolan mereka.
Comments