Saluran Sibuk

Seminggu berlalu. Lelaki itu tetap menekan nomor telepon, ketika ia tiba di meja kerja saat ia tiba dan hendak meninggalkan kantor.“Jika dia memang untukku biarlah panggilan ini masuk. Tak akan banyak kata yang kuucapkan. Tolonglah Tuhan.”
***
Hari ini Lelaki itu telah menelpon Mey untuk kesekian kalinya. Panggilan terakhir lima menit yang lalu dan jawban dari ujung telepon tetap sama. Ia akhirnya hafal kalimat dari ujung telepon bahkan suara itu menjadi tak asing baginya. Suara itu mirip suara yang selalu ia tunggu-tunggu. Suara itu membuat ia merasakan jarak mereka sungguh jauh karena mereka  tetap tak pernah bisa bertanya jawab. Sepeluh menit berlalu dari panggilan terakhir, lelaki itu pasrah. “Tuhan biarlah, saya hanya mau katakan bahwa saya memikirkan dia. Katakan padanya untuk mencariku saat ia memikirkanku.”
***
Semingu sudah panggilan rutin ini tak berhasil. “Tuhan, semua orang sibuk. Urusan kerja adalah kesibukan yang membuat orang lupa. Kesibukan lain adalah ursan waktu luang yng juga membuat orang lupa. Jos lupa menikah karena sibuk bekerja dan di waktu luang ia tak lupa kawin. Jessy sibuk mengurusi waktu luang juga lupa kalau ia telah berkeluarga. Saya ….? 
***
Dalam suatu kebetulan kesibukan dan waktu luang mempertemukan Mey dan lelaki yang berusa menelponnya. Kebetulan keduanya sibuk dengan dunia kerja dan tetap sibuk mengurus waktu luang. Kebetulan mereka pernah bertemu di kedai kopi di sudut jalan Cempaka Putih, Rawasari. Kedai kopi sebulan yang lalu, untuk harga kopi, lilin, percakapan tentang cerita lama, dan kartu nama. 
“Mey…” suara itu mengagetkan gadis yang duduk di kedai kopi.
“Susah sekali menghubungi kamu. Telepon di kantormu selalu sibuk.”
“Mey terkejut dengan apa yang baru saja ia ucapkan”.
“Jadi kamu menelponku?”“Tidak! Saya hanya berusaha menghubungimu.”
“Okelah. Mey hanya bisa tertawa lalu mengubah posisi duduknya. 
“Hehhehe... Tahu kenapa saya tertawa?”
“Tidak. Lelaki itu mengambil tempat duduk menghadap Mey.
“Ada apa dengan saluran teleponmu, selalu saja sibuk?”
“Bukan saluran yang sibuk.
“Saluran telepon tempat saya bekerja memiliki mesin penjawab otomatis. 
“Otomatis? Bayangkan, setiap kali saya menelapon selalu terdengar kalimat yang sama. 
“Kenapa kamu menelpon saya ketika jam kerja?”“Kamu sibuk, ya?” tanya lelaki itu. “Tidak bisakah kau menelponku aku sendiri atau  di waktu luang?“Kau mungkin butuh aku saat kau sendiri. Saya lebih butuh dirimu saat saya sibuk. “Dan aku lebih butuh kau saat kau tidak ada di sisiku.” Jawab Mey pelan.“Ini bukan ukan soal telepon atau kesibukan. Saya tidak sibuk. Kau ingat suara ini? Thank you for calling us, please enter the extension number, for operator call, please enter zero, Mey mencoba menirukan suara di ujung telepon. Angka nol bisa menghubungkan panggilanmu. ” Penjeasan singkat Mey ditanggapi dengan anggukan. Mey berpamitan pulang saat mobil jemputan datang. Sebelum tinggalkan kedai Mey meninggalkan kartu nama lagi. Alamat rumah dan nomor telepon rumah.
***
Mobil berlalu. Lelaki itu mencatat nomor telepon rumah yang diberikan dan memasukan kartu nama itu dalam dompetnya. Malam sebelum tidur, lelaki itu berusaha menelpon namun, tak ada jawaban. Pagi hari ia kembali menghubungi nomor baru itu, suara daru pesawat itu membuatnya kaget. Suara ibu tua yang memberi keterangan bahwa Mey telah berankat kerja. Sore hari panggilan yang sama ia lakukan. Suara seorang anak menjawab teleponnya, Meynya lembur pak. Sebelum tidur lelaki itu nekat menelpon nomor rumah Mey. Sepertinya pangggilan penting ini untuk Mey lagi kata lelaki setengah baya menjawab panggilan dari lelaki yang menyebut dirinya, Lucky.   
***
Lucky meninggalkan telepon mendekap kasur dan mencoba tidur. Matanya tertutup rapat tapi pikirannya pergi ke tempat-tempat mereka bertemu dan mengingat saat di mana mereka berpisah. Pesan inilah yang sepat terekam “jangan habiskan waktu hanya untuk menelpon masih ada hal lain yang bisa kau buat.” Kedai Kopi, Kantor, Rumah… itulah yang terakhir ia pikirkan sebelum terlelap. Kira-kira kata-kata apa yang akan dia ucapkan besok?


*Cerita ini pangalaman seorang sahabat.
Terima Kasih pencerita.

Comments

Popular posts from this blog

“Lera Wulan Tanah Ekan” Dalam Kebudayaan Lamaholot

KAMIS PUTIH : (Ekaristi—Imamat dan Kehidupan)

SUNGAI TERKUTUK