WANITA DAN BUS MALAM

Lelaki tua itu masuk ke dalam bus dan aku melihat laki itu tak lagi seperti lelaki yang kulihat sebelumnya. Lelaki tua itu berubah. Ia tampak seperti seorang yang menang. Memenangkan hati beberapa orang wanita, terutama wanita yang mengucapkan selamat jalan kepadanya. Kemenangannya itu terpancar dari senyum dan tawanya. Ia membuang puntung rokoknya lalu masuk dan duduk di sebelahku. Dengan mata dan senyumnya yang lebih bersahabat ia sungguh telah berubah. 

“Kau tahu siapa wanita yang bersama saya tadi?” Ia membuka percakapan.
“Ahh.. lelaki tua ini ada-ada saja.” Kataku dalam hati untuk pertanyaan asingnya. 
“Maaf Pa saya baru pertama melihat wanita itu.”
 “Saya juga sama. Ini pertama kali saya bertemu dengannya.” Kata lelaki tua itu. 
“Ahh masa! Tampaknya kamu sudah lama saling kenal.” 
“Rupanya kau mengamati gerik-gerikku, nak. Atau, kau mengamati wanita itu juga?”
“Ahhh… Dia terlalu tua Pa untuk diamati dan terlalu jauh di dalam sana.”
“Jauh? Itulah yang mendorongku merapat dan duduk di dekatnya dan kau tahu?
Dia masih asyik jadi teman bicara dan dia berharap kami bisa bertemu kembali.
Kalau pun tidak, dia bisa jadi bahan pembicaraan.” Katanya melanjutkan. 
“Iya pa, dia memang masih asyik untuk pa. Bapa saja yang bicarakan dia.”
“Bukan hanya saya saja tapi kita. Kita laki-laki butuh mereka.
Dari yang tua kau bisa belajar mendengarkan, terutama cerita mereka.
“Kau lihat wanita di seberang meja?” 
“Tidak.” Jawabku singkat. 
“Yang mana yang kau lihat, nak?“Biarkan aku tebak!” kata lelaki tua itu.
“wanita yang sendirian di seberang meja tempat aku duduk?
“Yang mana?”
Lelaki tua itu memberi tanda padaku untuk melihat wanita yang duduk di kursi di belakang kami.
Saya terdiam kemudian memberikan pertanyan padanya.
“Apa yang dipelajari dari wanita muda?” 
“Belajar mengatur gejolak.” Tanpa sadar wanita telah jadi bahan cerita kita di bus malam.
Aku tertawa dan lelaki tua itu pun ikut dengan tertawa yang lebih keras. Jalan sepi, gelap dan bus malam telah berjarak jauh melepaskan perkampungan. Suara kami memecahkan kekakuan dalam bus malam itu. 

Comments

Popular posts from this blog

“Lera Wulan Tanah Ekan” Dalam Kebudayaan Lamaholot

KAMIS PUTIH : (Ekaristi—Imamat dan Kehidupan)

SUNGAI TERKUTUK