Posts

Showing posts from March, 2013

Perang Adil ( Bellum Iustum)

Image
St.Agustinus dari Hipoo dianggap sebagai perintis gagasan perang adil. Menurut Agustinus perang adil kurang jahat jika dibandingkan dengan kejahatan kaum bar-bar yang memandang segala sesuatu yang bisa dilakukan adalah selalu benar. Gagasan perang adil muncul dalam kurun tertentu dan dengan situasi serta latar belakang di mana kekuasan berpusat pada satu otoritas tertinggi abad pertengahan yakni, Gereja Katolik Roma. Dalil perang adil menurut Agustinus dikaitkan dengan perang untuk melawan penghujat Allah. “Hanya karena alasan-alasan yang adil dan benar sajalah, perang dapat dibenarkan dan dilaksanakan. Perang boleh bahkan harus ditempuh demi membelah dan mendapatkan kembali hak milik pribadi yang dirampas pihak lain.”   Dalam konteks perang   salib konsep perang adil dijiwai oleh semangat untuk merebut kembali Yerusalem (The Holy Land) yang diyakini sebagai wilayah milik agama Kristiani. Hal ini didasarkan pada pandangan tentang peristiwa Yesus Kristus yang terjadi di wilaya

ISLAM DAN PLURALISME

Image
        Pluralisme atau kemajemukan merupakan tantangan bagi semua agama, khususnya agama-agama monoteisme Yahudi, Kristiani, dan Islam. Agama Kristiani menjadi penggagas pluralisme kerena lebih dahulu menyadari persoalan teologis masalah plualisme. Katolik sendiri pernah hidup dalam eksklusivitas (extra ecclesiam nulla sallus) dan berpendapat bahwa kehadiran misionaris akan menghasilkan pertobatan dan mmemasukan orang dalam jalan Yesus Kristus. Kini pluralitas menjadi masalah yang harus dihadapai oleh semua agama.             Menurut para pemikir filsafat agama dewasa ini, pehaman pluralisme hanya mungkin terjadi manakala pemeluk setiap agama menyingkirkan pandangan eksklusifnya dan berusaha menerima asumsi-asumsi dari pihak lain. Para teolog Katolik telah menguraikan pandangan mereka tentang pluralita agama dan menunjukan posisi keberpihakan mereka masing-masing. Mereka semua meberikan pendasaran berdasarkan iman dan rasionalitas mereka dalam berbagai situasi dan latar belakan

KAMIS PUTIH : (Ekaristi—Imamat dan Kehidupan)

Image
Pengantar Surat Pastoral “Dominicae Cenae” ditulis oleh Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 24 Februari 1980. Dominicae Cenae atau Perjamuan Tuhan bertolak dari Perjamuan Terakhir Yesus bersama para murid-Nya lalu dilanjutkan dalam Liturgi Ekaristi Kamis Putih , Dalam Liturgi Ekaristi Kamis Putih   para imam membarui janji-janji dan komitmen pentahbisan nya .   Kamis suci dipahami sebagai   " H ari R aya I mam" tahunan . Sejumlah persoalan yang dibahas dalam surat kepada imam, penekanan utama adalah diletakkan pada karakter pastoral pelayanan imam, (para imam yang tidak berkarya di pastoral juga disadari) sambil merujuk Konsili Vatikan II, dan juga ke deklarasi Sinode 1971 dari Uskup. Ekaristi dan Imamat   Misteri Kamis Putih berkaitan mengungkapakan peristiwa di mana Yesus menetapkan ekaristi sebagai tanda dan serana keselamatan umat Kristiani. Ekaristi sebagai kenangan akan hidup dan karya Kristus juga memiliki hubungannya dengan imamat. Imam menga

Pastorku, Aku Cinta Kamu

Image
Tumpukan kado saling menindih di dalam kamar yang beberapa tahun   lalu menjadi kamarnya. Kemarin penghuni kamar itu dithabiskan di sebuah gereja tempat ia pertama kali belajar menjadi misdinar. Kado-kado hadiah thabisan yang diberikan oleh sahabat, keluarga dan kenalannya itu cukup banyak sehingga ia enggan membukanya sendirian. Ia mengajak ibu dan seorang adik perempuannya untuk membuka isi kado-kado itu. Isi kado yang terkumpul tersebut   ia bagikan kepada adik-adiknya, anak-anak, dan anggota keluarga lainnya. Setelah semua selesai, pastor muda itu kembali ke kamarnya dan mengepak barang yang perlu untuk misi barunya. **** Ketika sedang membereskan barang-barangnya di dalam kamar, ia mendengar suara seseorang yang memanggil namanya sembari mengetok pintu. Sapaan yang khas dari ayahnya terdengar jelas. “Anak” “Iya bapa , ada apa pa?” Ia langsung membuka pintu kamarnya perlahan dan mendekat ke arah sang ayah. Ia kaget melihat sebuah kado yang ditenteng ayahnya.   “Bapa ka