BUS MALAM DAN LELAKI TUA
AKU PERGI, sebagian sepi mengiring dan sebagian lain tinggal menyepi. Senja di jalanan tempat tinggalku sepi. Sepi yang asing, tak biasa. Sepi dari bunyi klakson, sepi dari langkah yang melewati jalan yang mulai remang. Dalam rencana perjalanan, hari ini aku pergi. Mungkin akan tertunda jika sepi tak berubah. Ayah dan ibu menyiapkan barang bawaanku. Aku masih memandangi sepi yang juga diam di dinding kamar mandi. Makan malamku juga sepi, hanya aku, meja, kursi, dan seperangkat alat makan. Untung sepi ini singkat. Semuanya tampak terburu-buru. Pergi dan sepi pun terburu-buru. Hawa malam menyatu dengan bau kabut dan bumi gelap ketiadaan cahaya. Aku bingung dan termenung. Jalan yang sepi berubah riuh saat bus malam menyusur lambat dan berhenti tepat di hadapanku. Aku melambaikan tangan kemudian ucapkan selamat tinggal pada wajah dan juga sepi. Perjalanan ini tanpa kata, semua penumpang menikmati sepi. seakan memahami suasana hatiku. Aku rasakan ada sedih di hatiku. Tinggalkan keluarga...